- Home >
- 3 Misteri Dibalik Nilai Ancur
Sabtu, 28 November 2015
Berikut ini adalah artikel yang berfokus
pada pola dan masalah belajar anak. Banyak sekali pertanyaan tentang
hal ini yang muncul di website kami, berkaitan mengenai masalah belajar
anak. Kita akan memahami dan belajar tentang faktor psikologis mengapa
anak bermasalah dengan nilai di sekolah. Sebelum kita lebih jauh
berinteraksi, pahami bahwa nilai atau angka (simbol) bukan satu-satunya
penentu kesuksesan anak kelak di masa depan. Semua yang dialami saat dia
sekolah akan banyak yang tidak digunakan kelak, jadi model pendidikan
apa yang akan digunakan seorang anak hingga dia dewasa dan dapat
diwariskan? Ya, didiklah karakternya dan tanamkan kesuksesan sejak awal
di ladang karakternya.
Kenapa seorang anak ketika belajar di
rumah bisa, diberi soal lebih susah daripada di sekolah juga bisa,
bahkan waktu di tempat les dia diberi latihan soal yang banyak juga
bisa, meskipun soalnya lebih sulit juga bisa, tetapi ketika ulangan
tiba-tiba nilainya jelek. Nah, apakah anda pernah punya masalah seperti
ini? Anda yang punya anak SD, pasti sering mengalami masalah-masalah
seperti ini. Anda pasti merasa jengkel ketika mengetahui bahwa anak anda
yang tadi malam belajar sudah bisa semua, tetapi ketika ulangan
ternyata ulangannya dapat nilai jelek. Jika ini terjadi sekali dua kali
mungkin anda bisa memakluminya, tetapi jika ini terjadi berulang kali,
anda pasti mulai jengkel pada anak anda. Bahkan bisa jadi anda frustasi
dan kemudian malah mengeluarkan kata-kata negatif.
1. Anda perlu curiga bahwa anak ini mengalami kecemasan yang tersembunyi
Anda pasti bertanya tidak mungkin, Dia cemas dari mana? Kenapa dia cemas?
Kecemasan yang tersembunyi ini
disebabkan oleh banyak faktor. Ya, bisa jadi tuntutan yang terlalu
tinggi dari kita orangtua atau mungkin bahkan dari gurunya. Tuntutan ini
tidak bisa membuat si anak menunjukkan kualitas optimalnya. Sehingga
ketika ulangan, yang terbayang adalah ketakutan bahwa dia tidak bisa
memenuhi tutuntan dari si orangtua. Atau tuntutan dari gurunya mungkin.
Nah anda tahu, ketika cemas maka kita tidak bisa berpikir secara jernih.
Anda tentu pernah mengalaminya bukan? Ketika anda sedang cemas, sedang
stres berat. Maka hal yang sepele tentunya bisa jadi terlupakan. Nah ini
yang terjadi pada anak-anak kita. Mereka cemas karena tuntutan kita
yang terlalu tinggi, atau keharusan untuk menguasai sesuatu.
Ketika mereka merasa tidak mampu, kecemasan itu menghantui pikirannya. Dan apa yang telah mereka pelajari sebelumnya tiba-tiba blank,
pada saat ulangan. Ini juga sering terjadi pada kita. Ingatkah anda
pada saat dulu anda kuliah? Mungkin masih SMA bahkan? Ketika kita
ulangan tiba-tiba saja mendadak lupa akan jawaban yang harus kita
tuliskan disana. Padahal tadi malam jelas – jelas kita sudah mempelajari
hal tersebut. Nah ketika kita menghadapi ulangan tiba-tiba saja hilang
jawabannya. Apalagi ketika sang guru atau dosen mengatakan 5 menit lagi
anda harus mengumpulkan lembar jawaban, dan waktunya habis. Oke, makin
kita paksa akhirnya kita stress dan akhirnya kita lupa. Dan anehnya
ketika kita sudah mengumpulkan lembar jawaban, keluar dari ruang ujian
tiba-tiba jawabannya muncul dalam pikiran kita. “Ahh..” kenapa tidak
dari tadi munculnya, anda pasti menggerutu pada diri anda sendiri. Anda
pernah mengalami hal itu bukan?
Nah ini yang terjadi pada anak-anak
kita. Jadi ketika mereka ulangan,maka sebaiknya jangan sampai mereka itu
cemas. Tuntutan – tuntutan kita membuat mereka cemas. karena itu kita
perlu instropeksi diri, apakah selama ini kita sudah menerima mereka apa
adanya. Ya, kebanyakan dari kita berharap agar nilai mereka bagus.
Tetapi begitu nilai mereka jelek, kita mulai menuntut mereka. “Kenapa
sih nilai kamu jelek?” Jarang sekali ada orangtua yang mengatakan, “Mama
bisa memahami kamu nak, apa yang mama bisa bantu agar lain kali nilaimu
lebih bagus lagi?” Jadi ketika seorang anak mempunyai nilai jelek, hal
yang kita perlu lakukan adalah memahami dulu perasaannya. Saya yakin
anak itupun tidak ingin nilainya jelek, bukan hanya kita. Diapun juga
tidak ingin nilainya jelek tentunya. Tetapi kenyataan yang dihadapi
lain.
Ketika nilainya sudah jelek, dia sedih
tetapi kita malah memarahi dia. Dia akan merasa bahwa dirinya tidak
dipahami dan tidak dimengerti. Di lain hari kecemasan itu muncul dalam
dirinya. Dia akan merasa, “Aduh kalau nilai saya jelek lagi saya pasti
dimarahi, saya pasti mengecewakan mama”. Pernah ada satu kasus dimana
seorang anak tidak mau berangkat sekolah gara-gara hari itu ada ulangan.
Dia mengatakan taku kepada mamanya, “Kenapa takut?” Tanya mamanya.
“Saya takut mengecewakan mama kalau nilai saya jelek.” Dan ini
dilontarkan oleh seorang anak kelas 2 SD. Nah, dari kejadian tersebut
sang mama belajar bahwa selama ini, dia sering berkata “Mama tidak
masalah dengan nilaimu.” Tetapi kenyataannya dia membuat anaknya cemas.
Jadi terkadang kita sebagai orangtua hanya mengatakan, “Tidak, nilai
berapapun tidak masalah kok.” Tetapi ternyata itu hanya di mulut saja,
kenyataannya si anak merasakan hal yang berbeda, dia merasakan tuntutan
orangtua yang terlalu tinggi.
Nah, untuk masalah ini sebaiknya kita
perlu koreksi diri bagaimana caranya kita menerima seorang anak apa
adanya, tidak tergantung dari nilainya. Ingat sebenarnya nilai itu hanya
mengindikasikan dia sudah bisa atau belum. Berbahagialah ketika nilai
anak anda jelek. Karena apa? Sekarang anda tahu mana yang dia itu belum
bisa. Pembelajaran yang baik harusnya ditujukan untuk meningkatkan
seorang anak sehingga ia bisa kompeten di dalam bidangnya. Bukan untuk
melabel dia pintar atau bodoh.
2. Sebab yang lain adalah karena perlakuan-perlakuan negatif yang pernah diterima anak
Misalnya, ketika
seorang anak nilainya jelek, kemudian kita sebagai orangtua marah-marah,
dan bahkan mungkin menghukumnya. Harus berdiri di pojok, tidak boleh
makan. Atau apapun yang kita bisa lakukan untuk itu. Nah ketika dia
menerima perlakuan itu, maka perlakuan itu akan membekas di ingatannya.
Berikutnya ketika dia ulangan lagi di lain kesempatan, yang dia lihat di
lembar soalnya bukan soal ujian, tetapi wajah orangtuanya yang sedang
marah. Wajah ini tiba-tiba saja muncul terbayang di dalam pikirannya.
Anda bisa bayangkan jika kita berhadapan dengan soal ujian dan kemudian
yang muncul adalah ketakutan membayangkan wajah orangtua yang sedang
marah, karena kita tidak bisa. Atau mungkin wajah guru yang
mempermalukan kita di depan teman-teman kita. Maka semua yang kita
pelajari tiba-tiba saja menjadi hilang dan akhirnya ulangannya jelek.
Baiklah, jika ini terjadi sebaiknya anda
perlu segera minta maaf pada anak anda. Anda cukup mengatakan,
“Beberapa hari yang lalu waktu ulangan kamu jelek, dan kemudian mama
marah, bagaimana perasaanmu?” Apapun yang dijawab oleh anak anda terima
apa adanya. Misalkan dia menjawab, takut atau merasa ini itu, apapun itu
anda hanya perlu menjawab “Oke maaf, mungkin saat itu mama terlalu
berlebihan. Atau mungkin saat itu mama lepas kontrol sehingga memarahi
kamu terlalu dalam. Tetapi sebenernya maksud mama sangat baik. Apakah
kamu mau memaafkan mama? Mama lain kali janji akan mendukung kamu jika
nilai kamu jelek, kita akan cari solusinya bersama-sama. Kamu pasti
ingin nilai kamu baik juga kan?” Nah, itu tentunya jauh lebih baik bagi
si anak. Daripada kita hanya sekedar memarahinya, memintanya belajar,
memaksanya belajar tanpa sama sekali mengakui perasaannya untuk diberi
kasih saying dan untuk di terima apa adanya.
3. Sebab yang lain adalah kurangnya perhatian berkualitas.
Mungkin anda bertanya, “Ah mana mungkin
saya tidak memperhatikan anak saya”. Betul, saya percaya dan yakin bahwa
setiap orangtua pasti memperhatikan anaknya. Tetapi terkadang perhatian
yang kita berikan itu tidak cocok dengan apa yang diinginkan oleh si
anak, yang saya maksud dengan perhatian di sini adalah perhatian yang
berkualitas. Dalam arti kita memperhatikan juga perasaan-perasaan si
anak. Bukan cuma memperhatikan tugas-tugas yang harus dia selesaikan.
Kebanyakan dari kita hanya memperhatikan tugas – tugas yang harus
diselesaikan oleh seorang anak. Kita hanya memperhatikan sudah
mengerjakan PR atau belum? Sudah belajar atau belum? Besok kalau ulangan
sudah mempersiapkan alat tulisnya? Buku sudah disiapkan belum? Kita
hanya memperhatikan aspek – aspek fisik. Kita tidak memperhatikan aspek –
aspek perasaan dari si anak.
Padahal yang jauh lebih dibutuhkan
seorang anak adalah perhatian akan perasaan – perasaannya sehingga dia
benar-benar diterima secara utuh oleh orangtuanya. Anda bisa memberikan
perhatian berkualitas ini dengan lebih baik, dengan cara membaca artikel
saya yang berjudul Pentingnya Memahami Kebutuhan Emosional Anak. Itu adalah salah satu cara terbaik untuk memberikan perhatian berkualitas pada anak anda.